Seorang Facebooker non-muslim di Facebook mengungkapkan keheranannya melihat orang-orang muslim menamakan Tuhan dengan lafaz “Allah.”
Menurut Facebooker yang mengaku mahasiswa Universitas Indonesia (UI) tersebut, istilah “Allah” adalah sebuah nama baru yang diperkenalkan oleh nabi Muhammad saw. Dengan kata lain, nama ini belum dikenal sebelum kehadiran nabi Muhammad saw.
Tentu saja anggapan mahasiswa ini salah besar. Sebab sejarah membuktikan bahwa jauh-jauh sebelum nabi Muhammad saw lahir orang-orang Arab telah mengenal batul nama ”Allah.” Mereka memakai dan menyertakan nama ini dalam sumpah, sya’ir-sya’ir kesusastraan Arab dan dalam nama anak-anak mereka. Penyertaan dalam nama misalkan: ”Abdullah” yang artinya hamba Allah. Di antara mereka yang mempunyai nama ini adalah ayah nabi Muhammad saw sendiri. Tentu saja tidak ada sejarawan yang menyangkal hal ini.
Uniknya nama ini ternyata bukan hanya dimiliki oleh orang-orang Quraisy Makkah, tapi juga oleh orang-orang Yahudi Arab, seperti Abdullah bin Ubay bin Salul dan Abdullah bin Salam. Jadi boleh dikatakan bahwa ”Allah” sebagai sebuah nama bagi Tuhan tidak hanya dikenal dalam kultur Arab Quraisy Mekkah pra Muhammad saw tapi juga ummat Yahudi, bahkan juga ummat kristen Arab.
Lalu apa bedanya ”Allah” dengan tuhan-tuhan sesembahan Arab yang lainnya, seperti Lata, Uzza, Manata dan lainnya?
Jawabannya: bagi mereka Allah adalah Tuhan yang Maha absolut, pencipta dan penguasa jagad raya ini. Sementara tuhan-tuhan berhala yang mereka sembah (menurut keyakinan mereka) adalah perantara kepada Tuhan Allah.
Ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Qur’an:
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
”Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan? Tentu mereka akan menjawab, Allah, maka betapakah mereka dipalingkan.” (QS. Al-’Ankabut : 61)
وَالَّذِينَ اتَّخَـــــــذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِـــــــــــــيَاءَ مَا نَعْـــــــبُدُهُمْ إِلَّا لِيُــــــقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى
Artinya “Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya” (QS. Az Zumar : 3)
Nah, tradisi penyembahan berhala inilah yang kemudian dibasmi oleh nabi Muhammad saw. Dia menyeru ummat manusia untuk berkomunikasi dan berinteraksi langsung kepada Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta ini, yaitu Allah SWT, tanpa adalagi perantara dan wasilah, apalagi berhala-berhala yang membela dirinya sendiri saja tidak mampu. Wallahu a’lam.
Dari berbagai sumber.
Silahkan copy paste, tapi harap sertakan link sumber.
Selengkapnya...
Veteran Palas Yang Hidup Terlunta-Lunta
Pemuda itu segera turun melewati pintu utama rumah. Dia mempercepat langkahnya menyambut seorang kakek tua renta yang sedang berjalan ke arah kamar mandi umum di dekat mesjid. Datuk, begitu masyarakat memanggil kakek itu.
Senyumnya meluapkan rasa senangnya karena tak menyangka masih bisa melihat raut wajah sosok mantan pejuang kemerdekaan itu. Maklum, empat tahun dia meninggalkan kampung ini.
”Apa kabar kek? Masih ingat saya kan?”
Kakek tua itu mengangkat kepala dan berusaha melebarkan matanya yang sudah sipit akibat penuaan.
”Ooo, kapan datang dek?” tanyanya dengan suara yang serak sambil berpegangan pada dinding gubuk bambu di sebelah kirinya. sementara tangan kanannya memegang tongkat kayu yang sudah kering.
”Baru tadi malam kek,” dia mangambil dan menuntun tangan kanan kakek itu.
”Sudah selesai kulliahnya?”
”Alhamdulillah, sudah”
Tiba-tiba mereka berdua diam. Melihat jalan kakek yang tertaih-tatih itu, kondisi ekonominya yang lemah dan masa tuanya yang 'terlunta-lunta tanpa uang pensiun', hatinya pun mulai bertanya-tanya: Bukankah kakek ini adalah seorang mantan pejuang kemerdekaan yang seharusnya dapat perhatian khusus dari pemerintah? Pada setiap upacara kemerdeekaan RI selalu keliahatan orang-orang berseragam veteran dengan begitu gagahnya, mereka terhormat, tunjangan masa tua mereka peroleh dari pemerintah. Tapi kenapa saya tidak pernah melihat kakek ini di setiap upacara kemerdekaan? Apa karena dia belum memenuhi syarat untuk dinobatkan sebagai seorang pejuang yang mendapatkan hak yang sama dengan veteran-veteran lainnya?
Rasa penasaran memenuhi ruang hati pemuda itu. Spontan saja dia mengalihkan pembicaraan pada pengalaman masa-masa perjuangan kemerdekaan yang dilewati oleh kakek tua itu.
”Dulu, saya pernah meledakkan markas Belanda di Padang Sedempuan,” dia mengawali ceritanya dengan penuh semangat. ”Saya melemparkan sebuah granet Inggris ke dalam markas merreka, lalu kabur. Saya dengar teriakan dan ledakan dahsyat. Mereka pasti mati, tapi tidak tahu berapa orang.”
”Umur kakek waktu itu berapa?”
”14 tahun. Ya, umur pelajarlah. Jadi waktu itu saya biasanya berpakaian sekolah, celana pendek. Tentara-tentara Belanda mengira saya seorang pelajar, nyatanya seorang pejuang. Mereka tidak sadar bahwa saya sedang memata-matai gerak-gerik dan kekuatan mereka.”
”Kakek hebat! Jasanya patut dihargai. Tapi ada nggak semacam penghargaan dari pemerintah untuk kakek? Gaji pensiunan misalkan”
”Ah, untuk ngurusnya susah! Rp. 30 juta baru dikasih!”
”??????”
”Dapat darimana saya uang sebanyak itu?!”
***
Veteran Datuk, nama aslinya adalah Azhum. Dia sekarang tinggal di Sububulussalam, Kab. Padang Lawas (Palas). Keikutsertaannya memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan RI sudah sepatutnya mendapat penghargaan yang layak. Adakah yang peduli? Selengkapnya...
Senyumnya meluapkan rasa senangnya karena tak menyangka masih bisa melihat raut wajah sosok mantan pejuang kemerdekaan itu. Maklum, empat tahun dia meninggalkan kampung ini.
”Apa kabar kek? Masih ingat saya kan?”
Kakek tua itu mengangkat kepala dan berusaha melebarkan matanya yang sudah sipit akibat penuaan.
”Ooo, kapan datang dek?” tanyanya dengan suara yang serak sambil berpegangan pada dinding gubuk bambu di sebelah kirinya. sementara tangan kanannya memegang tongkat kayu yang sudah kering.
”Baru tadi malam kek,” dia mangambil dan menuntun tangan kanan kakek itu.
”Sudah selesai kulliahnya?”
”Alhamdulillah, sudah”
Tiba-tiba mereka berdua diam. Melihat jalan kakek yang tertaih-tatih itu, kondisi ekonominya yang lemah dan masa tuanya yang 'terlunta-lunta tanpa uang pensiun', hatinya pun mulai bertanya-tanya: Bukankah kakek ini adalah seorang mantan pejuang kemerdekaan yang seharusnya dapat perhatian khusus dari pemerintah? Pada setiap upacara kemerdeekaan RI selalu keliahatan orang-orang berseragam veteran dengan begitu gagahnya, mereka terhormat, tunjangan masa tua mereka peroleh dari pemerintah. Tapi kenapa saya tidak pernah melihat kakek ini di setiap upacara kemerdekaan? Apa karena dia belum memenuhi syarat untuk dinobatkan sebagai seorang pejuang yang mendapatkan hak yang sama dengan veteran-veteran lainnya?
Rasa penasaran memenuhi ruang hati pemuda itu. Spontan saja dia mengalihkan pembicaraan pada pengalaman masa-masa perjuangan kemerdekaan yang dilewati oleh kakek tua itu.
”Dulu, saya pernah meledakkan markas Belanda di Padang Sedempuan,” dia mengawali ceritanya dengan penuh semangat. ”Saya melemparkan sebuah granet Inggris ke dalam markas merreka, lalu kabur. Saya dengar teriakan dan ledakan dahsyat. Mereka pasti mati, tapi tidak tahu berapa orang.”
”Umur kakek waktu itu berapa?”
”14 tahun. Ya, umur pelajarlah. Jadi waktu itu saya biasanya berpakaian sekolah, celana pendek. Tentara-tentara Belanda mengira saya seorang pelajar, nyatanya seorang pejuang. Mereka tidak sadar bahwa saya sedang memata-matai gerak-gerik dan kekuatan mereka.”
”Kakek hebat! Jasanya patut dihargai. Tapi ada nggak semacam penghargaan dari pemerintah untuk kakek? Gaji pensiunan misalkan”
”Ah, untuk ngurusnya susah! Rp. 30 juta baru dikasih!”
”??????”
”Dapat darimana saya uang sebanyak itu?!”
***
Veteran Datuk, nama aslinya adalah Azhum. Dia sekarang tinggal di Sububulussalam, Kab. Padang Lawas (Palas). Keikutsertaannya memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan RI sudah sepatutnya mendapat penghargaan yang layak. Adakah yang peduli? Selengkapnya...