Nada panggilan masuk di HP-ku tiba-tiba mengganggu obrolan.
"Dari 0333? Operator Etisalaat?! Musykilah apa lagi sih yang mau mereka sampaikan?!"
"Halo, assalamualaikum…"
"Aluu, ini dari etisalat," eps ternyata seorang cewek Mesir yang meneleponku dari sana.
"Ya"
"Afandam punya modem ettisalat, … zzzz…. Afandam… zzzz … Afandam… zzz…," ho ho ho, bicaranya terlalu cepat sehingga tak bisa kupahami. Hanya kata afandam yang paling jelas kudengar, itu pun karena sering dia ulang-ulang, entah berapa kali.
"Eps, maksud afandam apa sih?"
"Maksudnya, afandam…zzzz…. Afandam… zzzz… Afandam…zzzz…." Sudah kurang lebih 3 menit dia bicara, perasaan saya masih kata itu yang dia bahas.
"Bisa bicara agak pelan? Saya kurang bisa bahasa pasaran"
"Ok. Tak masalah"
Dia pun mulai menurunkan 'speed' bicaranya. "Nah kalau seperti ini kan enak. Saya paham" dalam hatiku. Eh… baru beberapa kalimat, dia lagi-lagi tancap gas tanpa melupakan kata afandam-nya! Oh, ho ho ho!
Setiap kali dia bilang "tamam?" saya hanya bilang ayyuah, mengisyaratkan lanjut.
"Apa informasi yang anda sampaikan ini ada di situs Etisalat?" tanyaku memotong pembicaraannya.
"Ya, ada silahkan dilihat di situs ettisalat.com.egy"
"Ok, terima kasih. Yang disana saja saya baca nanti"
"Ok" langsung dia tutup telepon.
***
"Ngomong apa sih dia?" kata teman-teman penasaran.
"Sejak awal dia bilang afandam, afandam… sms gratis…, tapi kurang jelas. Apa sih arti afandam itu?"
"Kwakwakwakwakwak…." tiga temanku ketawa terbahak-bahak. Yah, saya juga jadi ikut-ikutan ketawa .
"Sudah berapa tahun di Mesir?! Parah! Kwakwakwak…" kata Mr. Top1 sambil ketawa-ketawa. "Afandam itu tuan. Biasanya dipake untuk para menteri dan pembesar," wah wah…!
"Mungkin operatornya yang tadi akan berpikir ulang kalau disuruh lagi menghubungi orang asing, karena bikin stress…," kata seorang senior.
"Ha ha ha"
Nada panggil HP-ku tiba-tiba berbunyi lagi. Eh, nomornya masih yang tadi. Mau bilang apa lagi dia ini?
"Jangan-jangan itu operator yang tadi, mau minta maaf, karena takut dipecat." Kata teman.
"Aluu…," nada bicaranya kedengaran lebih pelan dan santun.
Ya, temanku itu ternyata benar, dia minta maaf.
Selengkapnya...
"Halo, assalamualaikum…"
"Aluu, ini dari etisalat," eps ternyata seorang cewek Mesir yang meneleponku dari sana.
"Ya"
"Afandam punya modem ettisalat, … zzzz…. Afandam… zzzz … Afandam… zzz…," ho ho ho, bicaranya terlalu cepat sehingga tak bisa kupahami. Hanya kata afandam yang paling jelas kudengar, itu pun karena sering dia ulang-ulang, entah berapa kali.
"Eps, maksud afandam apa sih?"
"Maksudnya, afandam…zzzz…. Afandam… zzzz… Afandam…zzzz…." Sudah kurang lebih 3 menit dia bicara, perasaan saya masih kata itu yang dia bahas.
"Bisa bicara agak pelan? Saya kurang bisa bahasa pasaran"
"Ok. Tak masalah"
Dia pun mulai menurunkan 'speed' bicaranya. "Nah kalau seperti ini kan enak. Saya paham" dalam hatiku. Eh… baru beberapa kalimat, dia lagi-lagi tancap gas tanpa melupakan kata afandam-nya! Oh, ho ho ho!
Setiap kali dia bilang "tamam?" saya hanya bilang ayyuah, mengisyaratkan lanjut.
"Apa informasi yang anda sampaikan ini ada di situs Etisalat?" tanyaku memotong pembicaraannya.
"Ya, ada silahkan dilihat di situs ettisalat.com.egy"
"Ok, terima kasih. Yang disana saja saya baca nanti"
"Ok" langsung dia tutup telepon.
***
"Ngomong apa sih dia?" kata teman-teman penasaran.
"Sejak awal dia bilang afandam, afandam… sms gratis…, tapi kurang jelas. Apa sih arti afandam itu?"
"Kwakwakwakwakwak…." tiga temanku ketawa terbahak-bahak. Yah, saya juga jadi ikut-ikutan ketawa .
"Sudah berapa tahun di Mesir?! Parah! Kwakwakwak…" kata Mr. Top1 sambil ketawa-ketawa. "Afandam itu tuan. Biasanya dipake untuk para menteri dan pembesar," wah wah…!
"Mungkin operatornya yang tadi akan berpikir ulang kalau disuruh lagi menghubungi orang asing, karena bikin stress…," kata seorang senior.
"Ha ha ha"
Nada panggil HP-ku tiba-tiba berbunyi lagi. Eh, nomornya masih yang tadi. Mau bilang apa lagi dia ini?
"Jangan-jangan itu operator yang tadi, mau minta maaf, karena takut dipecat." Kata teman.
"Aluu…," nada bicaranya kedengaran lebih pelan dan santun.
Ya, temanku itu ternyata benar, dia minta maaf.