Menaklukkan Ngotot Pegawai Etisalat

Jam 14.15, tiba-tiba koneksi modem Etishat putus. Uhh.. musibah! Tidak bisa lagi mengakses berita de el el. Masa’ baru dua minggu, Etishalat sudah kangen sama saya... :) Berarti malam ini saya harus ke City Stars donk..

Dengan semangat kemerdekaan (barangkali karena 17 Agustus ya hari ini.. hehe) saya beranjak ke City Stars. Alhamdulillah, aral dan rintangan tidak ada selain bis yang agak sepi...

Syukurlah, nomor antrian di markaz Etishalat City Stars tidak terlalu panjang, sehingga saya tidak menunggu terlalu lama.

"Ada yang bisa dibantu?" tanya seorang petugas yang kelihatannya masih berusia sekitar 25 tahunan.
"Modemku sejak waktu Ashar tadi putus"
"Nomornya?"
Saya tunjukkan faktur pembayaran bulan yang lalu.
"Tolong paspornya" mintanya.
"Oya, saya tidak bawa paspor. Tapi saya bawa kartu identitas. Disini ada nomor paspor" Jelasku sambil menyodorkan kartu identitas asrama Bu'uts.
Dia membaca memperhatikannya dan menyesuaikannya dengan data yang ada di komputernya.
"Maaf, harus paspor"
"Kenapa? Bukankah identitas yang di kartu sama dengan yang di kalian? Namanya, nomor paspornya... sama kan, gak ada beda?" Kucoba meyakinkannya.
Petugas itu tetap ngotot minta paspor. Saya juga tak menyerah. Kusodorkan dia kartu identitas PPMI (Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia) yang sudah kadaluarsa 2 tahun). Sepertinya dia kalah selangkah. Dia berdiri dari bangkunya dan pergi menemui atasannya yang kebetulan keluar dari ruangan. Sejenak mereka berbicara, lalu kembali ke posisinya.

"Harus dengan Paspor" katanya lagi.
Oh... saya sudah mulai bosan dengan kata-kata itu.

Saya tidak ingin terlarut dalam perdebatan Paspor. Yang saya inginkan hanya pengaktifan modem. Yang pasti, saat ini saya tidak bisa menunjukkan paspor. Oke, saya kalah. Namun saya juga tak mau mundur.

"Nama kamu siapa?" Tanya saya.
"Usamah"
"Hmmm... Usamah. Ok, saya akan bicara dengan atasan kalian." Ini siasat, dalam hatiku.
"Itu ketua kami, yang barusan bicara sama saya"
"Bukan dengan dia, dia hanya ketua cabang, tapi saya mau dengan atasannya lagi"
"Kamu tahu dia?"
"Ya, saya tahu." Maksud saya tahu bahwa yang dia sebutkan hanya ketua cabang :).

Petugas itu menunduk sedikit. Matanya melotot ke arah monitor komputer. Saya tidak tau apa yang tangannya tulis dan kelik saat itu.
"Kamu muslim kan?" lanjut saya.
"Ya, saya muslim"
"Shalli 'ala Muhammad!" Sambil tersenyum saya suruh dia baca shalawat nabi.
Bibirnya tersenyum sedikit, lalu bergerak membacakan shalawat dengan suara yang sangat pelan.
Raut wajahnya klihatan lebih cerah dari sebelumnya, tidak dingin lagi.

Dia sedikit menunduk lagi ke arah monitor. Entah apa yang dia lakukan. Lalu dia mengangkat wajahnya kembali dan melihat saya...
"Modemnya aktif" ujarnya sambil tersenyum.

Kairo, 17-08-10
Selengkapnya...