Manusia terlahir ke dunia tanpa apa-apa, tidak tahu apa-apa, tidak bisa berbuat apa-apa. tidak kenal siapa-siapa....
Saat sudah mulai bisa mengenal lingkungan dan melihat keadaan sekitar, akal pikirannya sedikit demi sedikit mulai terpengaruh oleh apa yang dilihat dan didengar, perasaannya juga menjadi terikat.
Ketika melihat hal-hal baru yang menarik perhatian dan yang bersifat menghibur, akalnya menilainya sebagai sesuatu yang baik meski pun kadang pada kenyataannya tidak demikian. Orang-orang yang ada di dekatnya juga turut mempengaruhi keyakinan, cara pandang dan prilakunya, lebih-lebih yang dia senangi. Kata-kata. prilaku dan sifat mereka lebih sering dia anggap benar. Sehingga apa yang mereka benarkan turut dia iyakan, yang mereka salahkan dia salahkan juga.
Keyakinan dan cara pandang yang dia serap ini akan semakin kuat di dalam jiwanya ketika dikuatkan dengan dogma-dogma, yang meski jauh dari akal sehat. Jika dogma sudah mengakar dan menyatu dengan jiwanya, dia akan menjadi orang yang sangat inklusif, menutup diri dari ide dan pendapat orang lain yang membawa pencerahan dan kebenaran.
Sudah terlalu banyak contoh manusia yang terjerumus dalam kekangan pola pikir dan dogma yang melenceng. Mereka ada dimana-mana, sejak jaman pra-sejarah hingga era teknologi ini. Tidak menutup kemungkinan di antara keluarga kita – bahkan kita sendiri – ada di antara mereka.
Manusia seperti ini memang butuh bantuan penyelamat. Namun apa dan bagaimana pun cara orang lain membantunya, dia tidak akan bisa keluar dari pola pikir yang keliru dan dogma yang melenceng itu tanpa kemauan dan keterbukaan dia sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komen2nya yg damai2 aja ya Sist & Bro! Thanks.