Pelajaran Berharga dari Rumput

"Dialah Allah yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untuk kalian"
(Al-Baqarah: 29)

Allah SWT tidak menciptakan satu makhluk pun dengan sia-sia. Semua ciptaan-Nya pasti punya maksud. Tak terkecuali rerumputan liar yang kadang kita anggap sebagai "perusak" keindahan lingkungan. Lihatlah akarnya yang lembut dan batangnya yang tanpa baja. Mungkin kita akan merasa aneh jika ada orang mengatakan: "Akar 'rumput' mampu menembus lapisan semen yang keras. Lantas terlintas dalam pikiran kita: "Jika jarum yang tajam saja bisa jadi bengkok bahkan patah saat ditancapkan di atas lapisan semen, bagaimana mungkin akar rumput mampu menembusnya?" Memang benar, tapi tak selamanya demikian.

Percaya atau tidak, kemampuan akar 'rumput' ini bukanlah suatu khayalan tapi fakta. Akar rumput segar yang tertimbun dalam tanah di bawah lapisan semen akan tetap berusaha mempertahankan hidupnya selama ia masih memperoleh oksigen dan makanan. Ia terus berkembang secara perlahan-lahan hingga berhasil muncul ke permukaan dengan menembus lapisan semen. Waktu yang dibutuhkannya memang tidak sedikit. Bisa berhari-hari, satu minggu, satu bulan atau lebih. Namun justru kurun waktu dan proses inilah yang menunjang keberhasilannya. Ini adalah sebuah rumput, jenis tumbuhan kecil. Jika jenis tumbuhannya mempunyai akar yang lebih besar dan kuat tentunya peluang untuk keberhasilannya akan lebih besar.

Apa yang terjadi pada rumput ini merupakan i'tibar yang dapat dijadikan pelajaran. Banyak hal yang kadang dianggap mustahil untuk dicapai padahal itu sangat memungkinkan. Sebagai contoh, lihatlah betapa tak sedikitnya orang (bahkan kita sendiri) yang merasa terkagum-kagum terhadap kemampuan seseorang untuk menghafal al-Qur'an, Shahih Bukhary, dan lainnya dengan nilai mumtaz, menyusun banyak kitab, berorasi di depan ratusan ribu manusia, atau ta'jub terhadap kekayaan orang lain. Di dalam hati timbul perasaan tak mampu seperti itu, padahal jika kita mau pasti bisa. Cuma yang menjadi masalah adalah hasil yang wah itulah kadang yang menjadi fokus perhatian utama. Mereka yang sukses dianggap terlalu hebat, pintar, kuat dan segalanya. Mata kita seakan-akan buta terhadap proses yang mereka lalui. Kita tidak melihat bahwa predikat sukses yang mereka sandang adalah hasil 'keringat' dari fase perjuangan yang tak sedikit.

Saat ada keinginan dan usaha untuk menjadi seperti orang sukses yang kita anggap hebat itu kita tergesa-gesa, tidak sabar, ingin sesegera mungkin sampai pada level mereka tanpa melewati proses yang muluk. Sementara kemampuan yang dimiliki juga belum seberapa. Dipaksakanlah diri. Walhasil seperti jarum yang bengkok karena ditancapkan dengan cara paksa di atas permukaan semen tadi. Akhirnya tumbuhlah perasaan lemah, tidak percaya diri. Impian pun akhirnya pergi dibawa oleh waktu.

Semua tujuan haruslah sesuai dengan prosesnya. Akar 'rumput' mampu menerobos lapisan semen adalah karena ia melalui proses yang tepat dan benar. Tentu harus disertai dengan kesabaran (الصبر يعين على كل عمل) dan juga kesungguhan (من جدّ وجد). Jika tidak, hasilnya pun tidak tepat. Bahkan akan bisa bertolak belakang seperti halnya jarum tadi.
Selengkapnya...

Manusia dan Pengaruh Lingkungan

Manusia terlahir ke dunia tanpa apa-apa, tidak tahu apa-apa, tidak bisa berbuat apa-apa. tidak kenal siapa-siapa....

Saat sudah mulai bisa mengenal lingkungan dan melihat keadaan sekitar, akal pikirannya sedikit demi sedikit mulai terpengaruh oleh apa yang dilihat dan didengar, perasaannya juga menjadi terikat.

Ketika melihat hal-hal baru yang menarik perhatian dan yang bersifat menghibur, akalnya menilainya sebagai sesuatu yang baik meski pun kadang pada kenyataannya tidak demikian. Orang-orang yang ada di dekatnya juga turut mempengaruhi keyakinan, cara pandang dan prilakunya, lebih-lebih yang dia senangi. Kata-kata. prilaku dan sifat mereka lebih sering dia anggap benar. Sehingga apa yang mereka benarkan turut dia iyakan, yang mereka salahkan dia salahkan juga.

Keyakinan dan cara pandang yang dia serap ini akan semakin kuat di dalam jiwanya ketika dikuatkan dengan dogma-dogma, yang meski jauh dari akal sehat. Jika dogma sudah mengakar dan menyatu dengan jiwanya, dia akan menjadi orang yang sangat inklusif, menutup diri dari ide dan pendapat orang lain yang membawa pencerahan dan kebenaran.
Sudah terlalu banyak contoh manusia yang terjerumus dalam kekangan pola pikir dan dogma yang melenceng. Mereka ada dimana-mana, sejak jaman pra-sejarah hingga era teknologi ini. Tidak menutup kemungkinan di antara keluarga kita – bahkan kita sendiri – ada di antara mereka.
Manusia seperti ini memang butuh bantuan penyelamat. Namun apa dan bagaimana pun cara orang lain membantunya, dia tidak akan bisa keluar dari pola pikir yang keliru dan dogma yang melenceng itu tanpa kemauan dan keterbukaan dia sendiri.
Selengkapnya...