Salah satu di antara sekian banyak mukjizat Al Qur'an yang sudah terbukti sejak diturunkannya hingga saat ini adalah
bisa menjadi obat penyembuh.
Kemukjizatan Al Qur'an ditegaskan dalam firman Allah SWT:
وننَزِّلُ مِنَ القرآنِ مَا هُوَ شفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّـلْمُؤْمِنِيْنَ، وَلاَ يَزيْدُ الظالِمِيْنَ إلاَّ خَساراً
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al Isra’: 82)
Mari sejenak kita kaji ayat di atas.
Tafsir Ayat
Menurut Abu Bakar Al Jazairi, huruf من pada ayat di atas berfungsi sebagai penjelas (مبينة) bagi huruf maushul ما, bukan ibtida’ atau zaidah.[1]
Sementara itu, Muhammad Sayyid Thanthawi mengatakan bahwa huruf من pada ayat tersebut bukan untuk tab’idh (للتبعيض) atau menunjukkan sebahagian, melainkan al jins (للجنس). Sebagaimana halnya dalam firman Allah SWT:
فاجتنبوا الرجس من الأوثان
Maka makna ayat وننزل من القران... di atas adalah:
وننزل من هذا الجنس الذي هو قرآن ما هو شفاء
Dengan demikian, ayat tersebut menegaskan bahwa semua kandungan Al Qur’an merupakan obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.[2]
Jenis penyakit yang bisa diobati oleh Al Qur’an
Al Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan adanya dua pendapat ulama tentang penyakit yang bisa disembuhkan oleh Al Qur’an.
Pendapat pertama, bahwa Al Qur’an itu menyembuhkan hati (القلوب) dari penyakit kebodohan dan keraguan.
Pendapat kedua, menyembuhkan penyakit-penyakit jasmani dengan cara ruqyah, ta’awwudz dan sejenisnya.[3] Pendapat ini didasarkan pada Hadits Rasulullah saw yang berasal dari Abu Sa’id Al Khudri ra, bahwa pada suatu saat Rasulullah saw mengutus dia bersama 30 pasukan ke sebuah peperangan. Ketika sampai di pemukiaman salah satu suku Arab mereka meminta dijamu, akan tetapi suku tersebut enggan. Tiba-tiba ketua suku tersebut disengat kalajengking. Lalu datanglah utusan mereka menemui para sahabat dan bertanya: “Apakah di antara kalian ada yang bisa mengobati sengatan kalajengking?”
Kata sahabat: “Ya. Akan tetapi kalian harus memberi kami imbalan.”
Mereka berkata: “Kami akan memberi kalian 30 ekor kambing.”
Abu Sa’id pun meruqyahnya dengan surah Al Fatihah sebanyak tujuh kali, dan sembuh. Lalu mereka mengambil imbalan 30 ekor kambing dan membawanya kepada Rasulullah saw. Kepada mereka beliau bersabda: “Makanlah dan berilah kami makan dari kambing itu”[4]
Menanggapi dua perbedaan pendapat yang dikemukakan Al Qurthubi di atas, Muhammad Sayyid Thanthawi menengahi dengan mengatakan: “(Pendapat) yang menenangkan jiwa adalah bahwa membaca Al Qur’an Al Karim dan mengamalkan hidayah, petunjuk dan syari’at yang ada di dalamnya… semuanya – dengan izin Allah SWT – dapat menjadi penyembuh bagi penyakit-penyakit hati dan jasmani.” [5]
Muhammad Sayyid Thanthawi juga menjelaskan lebih rinci contoh penyakit hati yang bisa disembuhkan oleh Al Qur’an, antara lain: was-was, bingung, nifaq, iri hati, rakus, menyimpang dari jalan yang benar, dan lain-lain.
Adapun makna firman Allah SWT: (ورحمة للمؤمنين), Al Maragi mengatakan: mereka akan masuk surga dan bebas dari azab.[6]
Sedangkan menurut Al Qurthubi makna dari (ورحمة للمؤمنين) adalah terlepas dari kesusahan, dibersihkan dari aib, penghapusan dosa dan pemberian pahala oleh Allah SWT kepada pembacanya, sebagaimana dalam Hadits Rasulullah saw:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ[7]
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an maka dia mendapatkan satu pahala, dan tersebut dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidak mengatakan الم satu huruf, akan tetapi alif adalah satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.[8]
Itulah dua manfaat besar di antara sekian banyak manfaat Al Qur’an yang diperoleh oleh orang-orang yang beriman. Adapun orang-orang yang zhalim, mereka tidak mendapatkan dua manfaat tersebut darinya, namun justru semakin merugi. Inilah yang ditegaskan oleh Allah SWT dengan firman-Nya:
ولا يزيـــد الـــظالمــــــــــــين إلا خــــــــــسارا
“dan (Al Quran itu) tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”
Ini disebabkan karena penentangan dan perlawanan mereka terhadap kebenaran yang sudah jelas-jelas kebenarannya.[9]
Firman Allah SWT:
وَإِذَا مَا أُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَٰذِهِ إِيمَانًا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ، وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ[10]
“Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: ‘Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?’ Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (QS. At Taubah: 124-125).
[1] Abu Bakar Jabir Al Jazairi, Aisaru Al Tafasir Li Kalam AL ‘Aliyyi Al Kabir. Kairo: Dar Al Hadits, 2006, Juz 2, hal. 249
[2] Muhammad Sayyid Thanthawi, Al Tafsir Al Wasit. Kairo: Dar Al Sa’adah, 2007, Jilid 8, hal. 416.
[3] Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Al Anshari Al Qurthubi, Al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an. Kairo, 1940, juz 10, hal 316
[4] Abu Bakar Jabir Al Jazairi, Aisaru Al Tafasir Li Kalam AL ‘Aliyyi Al Kabir. Kairo: Dar Al Hadits, 2006, Juz 2, hal. 249.
Lihat juga: Al Bukhari, Shahih Al Bukhari. Kairo, Maktabah AL Shafa, 2003, jilid 3, hal. 87, vol. 5749.
[5] Muhammad Sayyid Thanthawi, 417
[6] Ahmad Musthafa Al Maragi, Tafsir Al Maragi. Kairo: Maktabah Musthafa Al Babi, juz 15, 1946, hal. 86.
[7] HR. Al Bukhari dalam Al Tarikh Al Kabir 1/216
[8] Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Al Anshari Al Qurthubi, 320.
[9] Muhammad Sayyid Thanthawi, 417.
[10] QS. At Taubah: 124-125.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komen2nya yg damai2 aja ya Sist & Bro! Thanks.