Cinta Sejati, Bagaimana Sih?

Kecondongan untuk mencintai pasangan jenis merupakan fitrah dan nikmat pemberian Tuhan. Dengan cinta manusia bisa saling mengisi, melengkapi, berbagi dan mencapai kebahagiaan hidup. Cinta ini pula yang membuat manusia berkembang di muka bumi. Sebaliknya, tanpa cinta, hidup manusia bisa menjadi hampa dan hambar, apalagi bagi mereka yang sudah mengenal dan merasakannya; kehidupan yang luas ini bisa terasa sangat sempit dan sesak, tidak ada gairah hidup. Bukankah itu yang dirasakan oleh mereka yang kehilangan kekasih?

Cinta Sejati dan Cinta Palsu
Cinta sejati muncul dari hati nurani. Namun cinta yang fitrah ini tak jarang ternoda oleh kebutaan terhadap hakekat cinta dan ketidakmampuan mengontrol ekspresi cinta.
Cinta sejati tidak bisa diukur dengan ungkapan kata-kata manis yang keluar dari bibir, tidak juga dengan kesetiaan kekasih yang selalu menemani di saat kesepian, dan tidak pula dengan janji-janjinya yang selalu ditepati. Memang, semua itu merupakan bagian dari tanda-tanda kesetiaan. Tapi perlu dipahami bahwa kesetiaan itu tidak selamanya berada di sisi positif. Ini terbukti dari banyaknya orang yang mewujudkan kesetiaan dalam hal yang negatif. Sementara cinta sejati atau hakiki akan selalu berada di sisi positif. Ketika orientasi cinta bergeser ke arah yang negatif, maka di saat itu kesucian cinta telah ternodai. Dan jika dia (cinta) lebih dominan di sisi negatif, maka itu adalah cinta palsu.
Jadi, cinta sejati adalah cinta yang positif dan cinta palsu adalah cinta yang negatif. Konkritnya bagaimana? Cinta sejati selalu berorientasi pada kebaikan, membawa diri sendiri dan orang yang dicintai kepada kebahagiaan yang sesungguhnya dan menjauhkan mereka dari penyesalan dan kesengsaraan. Kebaikan, kebahagiaan dan kesengsaraan yang dimaksud disini bukanlah yang menurut penilaian subjektif manusia, tapi menurut Pencipta manusia (Allah Swt). Dan itu bisa dipahami lewat ajaran agama yang diajarkan-Nya melalui Rasulullah Muhammad Saw.
Adapun cinta yang berbau maksiat tidak bisa dimasukkan dalam kategori cinta sejati, ia lebih tepatnya masuk dalam kategori cinta palsu. Sebab, maksiat jelas tidak bisa membawa seseorang kepada kebahagiaan yang sesungguhnya, kecuali hanya kebahagiaan sesaat yang menipu. Maksiat hanya akan membuahkan dosa yang berujung pada penyesalan dan kesengsaraan di kemudian hari.

Menemukan Cinta Sejati
Setiap orang memimpikan pasangan jenis yang mencintainya, namun tidak semua orang yang telah menemukannya mencintainya secara hakiki. Anak-anak muda sering berharap agar seorang gadis yang membuat dia jatuh cinta juga mencintainya. Namun ketika cinta mereka bertemu, dia tidak sabar menahan ekspresi cintanya. Berbagai jurus kemesraan berupa pujaan dan perhatian dikeluarkan hingga akhirnya mereka merasa sangat dekat, seakan tidak ada yang bisa memisahkan dan mengahalangi kemauan mereka. Mabuk cinta membawa mereka larut dalam perasaan, ekspresi dan perbuatan yang mestinya hanya menjadi hak orang yang sudah menikah. Mereka merasa telah menemukan cinta sejatinya. Benarkah demikian? Munculnya perasaan seperti itu tidak dipungkiri, namun sesungguhnya mereka telah tertipu oleh perasaan. Cinta mereka bukanlah cinta sejati, cinta mereka adalah cinta yang ternoda bahkan cinta palsu.
Lalu dimana kita menemukan cinta sejati? Hanya ada satu 'tempat' yang paling menjamin. Di 'tempat' ini Anda aman, damai, tenteram dan tidak ada bayang-bayang dosa saat mengekspresikan cinta. Justru disini – setiap Anda mengekspresikan cinta – anda diberi imbalan yang sangat besar. Apakah itu? Jawabannya: pernikahan.
Oleh karena itu, bagi Anda yang sudah punya calon, cepat-cepatlah menikah sebelum cinta Anda ternoda lebih banyak oleh maksiat. Kasihani calon ibu dari anak-anakmu agar jangan sampai mereka jatuh dalam lumuran dosa yang disebabkan ulahmu. Insya Allah cinta sejati akan membawa berkah bagi Anda, keluarga dan keturunan Anda.
Legalitas dari Tuhan untuk memiliki dan mengekspresikan cinta sejati lewat pernikahan telah termaktub di dalam Al-Qur'an. So, jangan berpaling ke yang illegal.
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Ar-Rum: 21).

1 komentar:

bravo mengatakan...

mantap................!

Posting Komentar

Komen2nya yg damai2 aja ya Sist & Bro! Thanks.